Rabu, 30 November 2011

Tentang Anak Autis



Timang-timang anakku sayang
buah hati ayah’nda seorang
Jangan marah dan jangan merajuk sayang
tenanglah dikau dalam buaian ….

Syair lagu di atas menggambarkan kebahagiaan seorang ayah ketika menimang sang buah hati. Setiap orang tua selalu mendambakan putra/putri yang membahagiakan sekaligus membanggakan. Namun sering kita melihat seorang anak yang berperilaku aneh menurut kita. Tingkahnya sering dirasa spontan dan tidak terkendali. Anak-anak dengan keadaan seperti ini sering disebut sebagai anak Autis.
Memiliki anak yang menderita autis memang berat. Anak penderita autis seperti seorang yang kerasukan setan. Selain tidak mampu bersosialisasi, penderita tidak dapat mengendalikan emosinya. Kadang tertawa terbahak, kadang marah tak terkendali. Dia sendiri tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri dan memiliki gerakan-gerakan aneh yang selalu diulang-ulang. Selain itu dia punya ritual sendiri yang harus dilakukannya pada  tertentu.
Penelitian  intensif di dunia medis pun dilakukan oleh para ahli.  Dari hipotesis sederhana sampai ke penelitian klinis lanjutan.   Bersumber dari beberapa buku dan pengamatan, maka dapat ditarik  beberapa kesimpulan sementara, yaitu:

1.  Autis bukan karena keluarga (terutama ibu yang paling sering dituduh) yang tidak dapat mendidik penderita.
Anak autis tidak memiliki minat bersosialisasi, dia seolah hidup di dunianya sendiri. Dia tidak peduli dgn orang lain. Orang lain yg dekat dengannya hanya dianggap sebagai penyedia kebutuhan hidupnya. (Baca: Teory of Mind).
2.   Jarang sekali anak autis yang benar-benar diakibatkan oleh faktor genetis. Alergi memang bisa saja diturunkan, tapi alergi turunan tidak berkembang menjadi autoimun seperti pada penderita autis.
3.    Terjadi kegagalan pertumbuhan otak yg diakibatkan oleh keracunan logam berat seperti mercury yang banyak terdapat dalam vaksin imunisasi atau pada makanan yang dikonsumsi ibu yang sedang hamil, misalnya ikan dengan kandungan logam berat  tinggi.
4.    Terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang diperlukan dalam pertumbuhan otak tidak dapat diserap oleh tubuh, ini terjadi karena adanya jamur dalam lambungnya.
5.    Terjadi autoimun pada tubuh penderita yang merugikan perkembangan tubuhnya sendiri karena zat-zat yang bermanfaat justru dihancurkan oleh tubuhnya sendiri. Imun adalah kekebalan tubuh terhadap virus/bakteri pembawa penyakit. Sedangkan autoimun adalah kekebalan yg dikembangkan oleh tubuh penderita sendiri yang justru kebal terhadap zat-zat penting dalam tubuh dan menghancurkannya.
6.  Akhirnya tubuh penderita menjadi alergi terhadap banyak zat yang sebenarnya sangat diperlukan dalam perkembangan tubuhnya. Dan penderita harus diet ekstra ketat dengan pola makan yang dirotasi setiap minggu. Soalnya jika terlalu sering & lama makan sesuatu bisa menjadikan penderita alergi terhadap sesuatu itu.
7.      Autis memiliki spektrum yang lebar. Dari yang autis ringan sampai yang terberat. Termasuk di dalamnya adalah hyper-active, attention disorder, dll.
  8.    Kebanyakan anak autis adalah laki-laki karena tidak adanya hormon estrogen yang dapat menetralisir   
       autismenya. Sedang hormon testoteronnya justru memperparah keadaannya. Sedikit sekali penderitanya  
perempuan karena memiliki hormon estrogen yang dapat memperbaikinya.

Memang berat dan sangat sulit menangani anak penderita autis yang seperti kerasukan setan ini. Perlu beberapa hal yang perlu diketahui, dipahami dan dilakukan, yaitu
1.  Anak autis tidak gila dan tidak kerasukan setan. Penanganan harus dilakukan secara medis dan teratur.
2.   Penderita autis sebagian dapat sembuh dengan beberapa kondisi, yaitu: ditangani dan terapi sejak dini; masih dalam spektrum ringan; mengeluarkan racun atau logam berat dalam tubuh penderita (detoxinasi).
3.   Perlu pemahaman dan pengetahuan tentang autis dan ditunjang oleh kesabaran serta rasa kasih sayang dalam keluarga penderita. Terutama bagi suami-istri karena banyak kasus anak autis menjadi penyebab hancurnya rumah tangga.
4.   Dewasa ini penelitian yg berkesinambungan telah mencapai perkembangan yg luar biasa. Semakin besar harapan sembuh bagi penderita.
5.  Terapi harus dilakukan terus menerus tidak terputus walau pun tingkat perkembangan perbaikan kondisi penderita dirasa tidak ada.
6.  Diet harus terus dilakukan secara ketat, terus-menerus dan sangat disiplin. Perbaikan kondisi penderita karena diet berlangsung sangat lambat, tetapi pelanggaran diet dapat menghancurkan semuanya dalam waktu yang sangat cepat.

Siapa yang tidak ingin anak autisnya dapat hidup mandiri, dapat berkarya & berprestasi baik serta dapat diterima di masyarakat? Kunci terpenting adalah dengan terus berdoa kepada Tuhan agar anak dapat diberi kesembuhan & keluarga diberi kemampuan, kekuatan, kesabaran serta ketabahan dalam membesarkan & mendampingi si anak penderita autis. Juga agar diberi jalan terbaik dalam kehidupan ini agar dapat membantu & mendukung proses perbaikan perkembangan penderita. (disarikan dari berbagai sumber)