Jumat, 10 Februari 2012

Menumbuhkan Motivasi Belajar Di Kelas

Di dalam kelas, sering kita jumpai   anak  tidak bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran   dengan semua aturannya, karena yang mereka bayangkan tidak dijumpai di sana. Kegiatan pem-belajaran di kelas sering tidak manak merasa nyaman.
 Dalam banyak hal anak-anak sekarang memiliki lebih banyak kemudahan dibanding kita yang lahir sebelum mereka. Lahir diera teknologi dengan semua kemudahan informasi, ternyata belum tentu menjamin mereka menjadi tahu segala hal. Kebanyakan mereka merasa hidup di zona sangat nyaman dengan  apa yang ada, sama seperti kita dengan begitu mudah memindahkan acara televisi yang tidak kita sukai dengan  remote control .
Hal ini tentu saja  sangat memprihatinkan. Anak-anak sekarang  cenderung   hanya menyukai apa yang mereka anggap menyenangkan dan   menolak apapun yang mereka angap tidak menarik seperti seperti menonton televisi, sms, BBM, dan  bergaul dengan teman sebaya.
Tidak berlaku lagi rasa ingin tahu, karena yang disajikan itulah yang mereka terima sebagai sebuah pengetahuan. Hal ini sering kita jumpai dalam setiap tatap muka bersama anak-anak di kelas. Bagi mereka semakin cepat jam sekolah berakhir itulah yang terbaik. Kalau bias setiap hari pulang pagi. Seolah semua kegiatan pembelajaran disekolah hanya sebuah keterpaksaan dari keinginan atau pelarian karena di rumah terlalu tidak menyenangkan. Tentunya ini bukan sesuatu yang dapat digeneralisasi, tetapi adalah sesuatu yang memberikan pelajaran kepada kita bahwa motivasi belajar setiap anak pastilah berbeda. 
Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu  Movere, yang artinya bergerak (move). Motivasi menjelaskan dorongan yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas.  Hal ini  berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya.
Dalam hal belajar motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau melakukan serangkaian kegiatan belajar. Motivasi siswa dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan dapat timbul dari luar diri siswa (motivasi ekstrinsik).
Kegiatan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Rendahnya kepedulian orang tua dan guru, merupakan salah satu penyebab sulitnya menumbuhkan motivasi belajar anak.
Rendahnya motivasi belajar siswa akan membuat mereka tertarik pada hal-hal yang negatif. Raymond J.W dan Judith(2004:22) mengungkapkan bahwa secara harfiah anak- anak tertarik pada belajar, pengetahuan, seni (motivasi positif) namun mereka juga bisa tertarik pada hal–hal yang negatif  seperti minum obat- obatan terlarang, pergaulan bebas dan lainnya. Motivasi belajar anak-anak muda tidak akan lenyap tapi ia akan berkembang dalam cara-cara yang bisa membimbing mereka untuk menjadikan diri mereka lebih baik atau juga bisa sebaliknya. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh orang tua dan guru.
Oleh karena itu, menurut Gagne hal penting yang harus dibangun oleh guru dan orang tua adalah menjadikan siswa sadar akan tujuan yang harus dicapai dan bersedia melibatkan diri. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nana Sudjana (2002:42) yang dikutip dari analisisnya Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M.Pd., dimana diketahui bahwa secara  umum  76,6%  hasil  belajar  siswa  dipengaruhi  oleh  kinerja  guru.

Sebagai langkah awal untuk mewujudkan hal tersebut adalah seorang guru dan orang tua harus berusaha untuk mendekatkan kenyataan dengan impian seorang anak.  Anak-anak harus diajarkan untuk bermimpi dalam kesadaran, sehingga nantinya mimpi-mimpi itu akan berangkat menjadi harapan. Sedekat mungkin seorang anak harus ditunjukkan kenyataan bahwa tidak akan berarti sebuah mimpi tanpa sebuah kerja keras untuk menjadikannya kenyataan. Di sini peran kepedulian menjadi penting, sebab fakta yang terjadi selama ini menunjukan bahwa ketika ada permasalahan tentang rendahnya motivasi belajar siswa, guru dan orang tua terkesan tidak mau peduli terhadap hal itu, guru membiarkan siswa malas belajar dan orang tua pun tidak peduli dengan kondisi belajar anak. Padahal membangun motivasi siswa tidaklah sulit, hanya dengan meluangkan beberapa menit dalam setiap pembelajaran untuk membuka komunikasi dua arah dengan siswa.
Bentuk komunikasi ini merupakan stimulus yang harus terus diberikan guru maupun orang tua. Sebab, makin banyak dan sering anak diberikan stimulasi lingkungan, makin banyak terjadi pertumbuhan jaringan antar sel (dendritic sprouting).  Boleh dikatakan  ‘makin cerdas’ anak itu. Terlebih dalam teori baru disebutkan bahwa sel neuron dapat terus tumbuh sampai usia berapapun, maka peluang untuk mengoptimalkan potensi otak seolah tidak ada batasnya. Umur berapapun, stimulasi pada anak akan bermanfaat bagi peningkatan kecerdasannya.

Sekarang, untuk memulai membangun harapan dan motivasi maka guru harus memulai dengan memberi ruang bagi siswa di setiap pertemuan. Membuktikan kepedulian dengan tindakan dan kasih sayang yang tulus. Membiarkan mereka mendengar cerita tentang keberhasilan, kesempatan dan mimpi-mimpi dalam kerja keras orang tua mereka.  Sekarang, sudahkah kita melakukannya di kelas kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar